Kamis, 02 Desember 2010

Indonesia Tak Khawatir Bocoran Wikileaks


Apakah Indonesia khawatir? "Tentunya yang akan lebih khawatir adalah AS."
KAMIS, 2 DESEMBER 2010, 17:56 WIB
Elin Yunita Kristanti, Bayu Galih
VIVAnews -- Situs Wikileaks mengungkapkan bocoran ratusan ribu memo diplomatik dari berbagai kedutaan besar Amerika Serikat (AS) di mancanegara, termasuk dari Jakarta.

Dari 251.287 memo diplomatik yang bocor, TheGuardian mendata bahwa 3.059 memo berasal dari Kedutaan Besar AS di Jakarta, meski belum satupun ditampilkan di situs Wikileaks.

Bagaimana sikap Indonesia? Juru Bicara Presiden bidang Luar Negeri, Teuku Faizasyah mengatakan, pemerintah sudah mendengar adanya komunikasi perwakilan AS di Indonesia yang dibocorkan Wikileaks.

"Pada waktunya nanti kita akan tahu informasi apa yang ditulis oleh Wilikeaks," kata Faizasyah di Istana Negara, Kamis 2 Desember 2010.

Indonesia, tambah dia, merasa tak perlu mencari tahu soal data apa saja yang akan dibocorkan.

Apakah Indonesia khawatir? "Tentunya yang akan lebih khawatir adalah AS. Kita tunggu sajalah nanti info yang dimunculkan oleh situs Wikileaks."

"Tapi setidaknya kalau ada hal-hal yang perlu dikomunikasikan akan dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri," tambah Faizasyah.

Sebelumnya, pengamat isu internasional, F.X. Baskara Wardaya berpendapat, Indonesia tak perlu reaktif.

"Bila langsung reaktif, malah bisa menjadi bahan tertawaan karena valid tidaknya dokumen perlu dibuktikan," lanjut Baskara kepada VIVAnews, Rabu 1 Desember 2010.

Menurut Baskara, belum tentu isi memo diplomatik yang bocor itu mengandung konotasi yang negatif atas Indonesia.

"Seberapa besar dampaknya bagi Indonesia itu tergantung pada siapa dan topik apa yang disinggung dalam pesan-pesan itu. Bisa saja melaporkan isu lain," kata Baskara, penulis buku "Membongkar Supersemar! Dari CIA hingga Kudeta Merangkak Melawan Bung Karno" (2007).
Sementara, Duta Besar AS untuk Indonesia, Scot Marciel mengaku tidak begitu ambil pusing dengan bocoran WikiLeaks itu, yang disebut-sebut juga memiliki bocoran memo diplomatik dari Kedutaan Besar AS di Jakarta. Otentisitas semua informasi itu juga dipandang masih diragukan.  (sj)

Rabu, 01 Desember 2010

Ahmadinejad: Bocoran WikiLeaks Cuma Permainan


"Permainan itu tak perlu dikomentari dan tidak ada yang mau buang-buang waktu mengkajinya"
SELASA, 30 NOVEMBER 2010, 09:15 WIB
Renne R.A Kawilarang

VIVAnews - Mahmoud Ahmadinejad tidak percaya kalau rentetan informasi yang dipublikasikan WikiLeaks dan sejumlah media Barat mengenai data rahasia pemerintah AS merupakan "bocoran." Presiden Iran itu malah menganggap Washington sengaja "melepas" informasi-informasi itu, yang diklaim sebagai data sensitif.

Saat ditanya jurnalis stasiun televisi Press TVdalam suatu jumpa pers di Teheran, Senin 29 November 2010, mengenai bocoran informasi WikiLeaks, Ahmadinejad langsung menyergah, "Biarkan saya meralat. Materi itu bukan bocor, melainkan dilepas secara terorganisir."

"Pemerintah AS melepas data-data itu, yang tidak memiliki nilai legal dan tidak akan memiliki dampak politis atas kepentingan mereka," tutur Ahmadinejad
 Dia pun menilai WikiLeaks itu hanya suatu permainan yang tidak perlu dikomentari dan tidak ada yang mau buang-buang waktu mengkajinya.

Maka, Ahmadinejad tidak mau ambil pusing atas bocoran dari WikiLeaks yang menyebutkan bahwa sejumlah negara Arab di Timur Tengah mendesak AS menyerang Iran dan mengenai kesiapan Israel untuk menggempur negara di Teluk Parsi itu karena dicurigai mengembangkan senjata nuklir. 

"Negara-negara di kawasan itu seperti sahabat dan saudara. Informasi yang menyimpang itu tidak akan mengganggu hubungan mereka," kata Ahmadinejad.

WikiLeaks: Sarkozy Membuat Arab Tersinggung


"Sarkozy bahkan menyilangkan kakinya dan menunjukkan sol sepatunya kepada raja."
RABU, 1 DESEMBER 2010, 10:04 WIB
Renne R.A Kawilarang, Denny Armandhanu
Nicolas Sarkozy (AP Photo/Remy de la Mauviniere)
VIVAnews - Setelah Amerika dan negara-negara Arab, laman WikiLeaks tampaknya turut membuat gusar Prancis. Pasalnya, laman itu memuat informasi yang menyebutkan bahwa Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, pernah membuat tersinggung pemerintah Arab Saudi saat diundang mengunjungi kerajaan itu dua tahun lalu.
Dia juga dikabarkan bertingkahlaku tidak pantas saat menyambangi Maroko.  Informasi itu, menurut harian Guardian, merupakan salah satu topik laporan diplomatik dari sejumlah kedutaan besar (Kedubes) AS ke Washington, yang bocor ke laman WikiLeaks.

Laporan itu mengungkapkan bahwa Sarkozy pernah membuat gara-gara dengan Saudi saat diundang berkunjung pada Januari 2008. Kunjungan itu untuk mempererat hubungan personal antara Sarkozy dengan Raja Abdullah.

Namun, sebuah memo dari Kedubes AS di Riyadh melaporkan bahwa sejumlah kontak di Saudi mengungkapan ketidaksenangan mereka atas perilaku Sarkozy terkait dengan kunjungan itu. Diantaranya adalah keinginan Sarkozy untuk mengajak tunangannya saat itu, Carla Bruni, yang kini telah resmi berstatus istri.

Ajakan Sarkozy itu tidak sesuai dengan budaya di Saudi, yang melarang seorang pria berjalan bersama perempuan yang tidak punya hubungan keluarga dengan yang bersangkutan. Bruni akhirnya tidak jadi ikut.

Tiba di Saudi, tulis memo itu, Sarkozy tampaknya ngambek. Dia dilaporkan kurang menghargai tuan rumah dengan tidak mencicipi makanan tradisional Arab yang dihidangkan. Selain itu, Sarkozy juga tampak bosan saat mengikuti upacara penyambutan tamu negara yang disiarkan di televisi.

Tidak hanya di Saudi, WikiLeaks juga membocorkan memo Kedubes AS di Rabat, Maroko. Memo itu berupa laporan atas kunjungan Sarkozy pada Oktober 2007. Pada memo tersebut, kedubes AS mengatakan bahwa terdapat gosip yang beredar di kalangan publik bahwa Sarkozy terlalu santai atau tidak bersikap seperti negarawan, saat mengikuti acara resmi.

“Sarkozy duduk terlalu santai di kursinya saat dia dan raja Maroko menghadiri upacara penandatanganan kesepakatan di istana negara di Marrakech. Pada salah satu kesempatan, Sarkozy bahkan menyilangkan kakinya dan menunjukkan sol sepatunya kepada raja. Ini adalah tindakan tabu di masyarakat Islam,” tulis memo tersebut.

Belum ada komentar dari Prancis atas publikasi laporan yang menyudutkan Sarkozy itu. (hs)

Pengamat: Bocoran WikiLeaks Janggal


Data tak bisa begitu saja dijadikan acuan yang valid, apalagi sebagai referensi akademik.
RABU, 1 DESEMBER 2010, 17:31 WIB
Renne R.A Kawilarang
Tampilan Laman Wikileaks atas Bocornya Dokumen Rahasia AS (Wikileaks)
VIVAnews - Laman WikiLeaks membuat heboh banyak kalangan, baik di AS dan mancanegara, terkait pemuatan informasi-informasi yang diklaim berkategori rahasia. Namun pemuatan rentetan informasi ini terasa janggal. Jangankan informasi berkatagori rahasia (classified/secret), referensi yang sifatnya sudah tidak lagi terlarang untuk umum (declassified) di Amerika Serikat (AS) sulit diperoleh bila tanpa lewat proses tertentu.

Demikian ungkap sejarawan Indonesia, F.X. Baskara Wardaya. "Pengungkapkan informasi sensitif seperti di laman WikiLeaks itu bukan sesuatu yang biasa dalam dunia arsip dan intelijen," kata Baskara saat dihubungiVIVAnews, Rabu 1 Desember 2010.

Penilaian Baskara itu terkait klaim pengelola WikiLeaks bahwa laman itu memperoleh ratusan ribu informasi berkatagori rahasia, baik yang berupa memo atau laporan diplomatik dari sejumlah kedutaan besar dan departemen luar negeri AS mengenai sikap para pemimpin dan pemerintah sejumlah negara atas beragam isu yang isinya sangat berbeda dengan yang diutarakan ke publik ataupun tidak pernah dipublikasikan.

Menurut Baskara, jangankan informasi yang sifatnya masih rahasia, referensi yang sifatnya sudah tidak lagi terlarang untuk umum (declassified) di Amerika Serikat (AS) tidak dapat begitu saja diakses. Ada syarat-syarat tertentu.

"Di AS, perlu jangka waktu tiga puluh tahun sebelum menyatakan suatu arsip sejarah tidak lagi bersifat rahasia atau declassified. Bahkan bila tokoh sejarah yang bersangkutan masih hidup, maka belum boleh dibuka [ke publik]," kata Baskara, yang pernah mengakses arsip-arsip sejarah di AS untuk keperluan penelitian.

Bila sudah dinyatakan declassified, bukan berarti langsung bisa diakses oleh siapa saja. "Ini tidak mudah karena hanya orang tertentu saja yang bisa mengakses setelah mendapat izin dari pihak berwenang. Biasanya akses ke arsip sejarah itu diberikan untuk keperluan penelitian akademik," kata Baskara, penulis buku "Membongkar Supersemar! Dari CIA hingga Kudeta Merangkak Melawan Bung Karno" (2007).

Maka, pengajar sejarah di Universitas Sanata Darma dan Universitas Gajah Mada itu mengingatkan bahwa WikiLeaks tidak bisa begitu saja dijadikan acuan yang valid, apalagi sebagai referensi akademik yang sahih.

"Laman itu hanya penampung informasi-informasi yang diklaim berkategori rahasia dan tidak dimaksudkan sebagai referensi akademik. Kebenaran informasi tetap harus dikonfirmasi kepada pihak-pihak terkait," kata Baskara.

Wikileaks mengungkapkan bahwa satu set lengkap dokumen itu terdiri dari 251.287 data dan terdiri dari 261.276.536 kata. "Ini tujuh kali lebih banyak dari 'The Iraq War Logs,' yang merupakan bocoran informasi rahasia yang sudah dipublikasikan sebelumnya," tulis Wikileaks.

Satu set dokumen itu menghimpun laporan kawat diplomatik dari tanggal 28 Desember 1966 hingga 28 Februari 2010. Kumpulan data berasal dari 274 Kedubes, konsulat, dan kantor misi diplomatik AS di mancanegara. (umi)

"Dokumen Pentagon Dicuri Dengan CD Lady


Saya pura-pura mendengarkan dan berlagak menyanyikan lagu Lady Gaga ‘Telephone’.
KAMIS, 2 DESEMBER 2010, 05:37 WIB
Arry Anggadha, Denny Armandhanu
Tampilan Laman Wikileaks atas Bocornya Dokumen Rahasia AS (Wikileaks)
VIVAnews - Ratusan ribu dokumen rahasia Amerika Serikat yang terdiri dari catatan diplomatik dan rahasia perang hilang. Siapa sangka bahwa semua dokumen ini dicuri dengan mudah.

Dokumen itu dicuri oleh seorang tentara berpangkat rendah dengan hanya menggunakan CD dan memory stick.

Bradley Manning, 23, seorang analis intelijen AS, saat ini tengah menjalani pengadilan di Amerika Serikat atas pencurian ratusan ribu dokumen yang dilakukannya dan menyebarkannya ke WikiLeaks.

Di antara dokumen yang dicurinya adalah rekaman video insiden di Afghanistan dan Irak dimana kru helikopter Apache menembakkan roket ke arah segerombolan orang, salah satu diantaranya adalah wartawan Reuters.

Jika terbukti bersalah, Manning dapat dikenakan hukuman penjara hingga 52 tahun lamanya.

Lalu bagaimana cara Manning memperoleh informasi rahasia tersebut dan mengirimkannya tanpa diketahui siapapun?

Manning mengatakan bahwa hal itu sangat mudah sekali, sampai tidak ada seorang pun yang menyadarinya. Dia menjelaskan bahwa dia telah menyalin dokumen-dokumen rahasia tersebut dari sebuah komputer di sebuah markas AS di Irak tempatnya bertugas.

Pemuda yang mengaku kesepian di tempatnya bertugas ini mengatakan bahwa dia hanya menggunakan CD berlabel Lady Gaga, menghapus isinya dan menyalin semua dokumen yang telah di perkecil ukurannya ke dalam CD tersebut. Lalu dia menyalinnya lagi ke sebuah memory stick dan mengirimkannya ke laman WikiLeaks.

"Tidak ada yang mencurigainya. Saya pura-pura mendengarkan dan berlagak menyanyikan lagu Lady Gaga ‘Telephone’ ketika saya memasuki data bocor terbesar dalam sejarah. Hillary Clinton dan ribuan diplomat di seluruh dunia akan terkena serangan jantung ketika mereka mendapati pada pagi hari rahasia kebijakan internasionalnya tersedia untuk publik," ujar Manning seperti dilansir dari laman The Guardian, Rabu 1 Desember 2010.

Dia mengatakan bahwa dia memiliki akses ke dokumen rahasia 14 jam sehari dan tujuh hari seminggu selama delapan bulan. Belakangan, diketahui Manning mencuri semua dokumen tersebut dari Siprnet (secret internet protocol router network distribution), yaitu  jejaring database yang dibuat untuk menghubungkan personil militer AS di seluruh dunia.

Pengakuan Manning diperoleh dari percakapan onlinenya dengan seorang mantan hacker, Adrian Lamo, pada 21 Mei tahun ini. Transkrip percakapan itu oleh Lamo  kemudian diunggah ke laman wired.com dan diberikan kepada FBI.

“Setiap kali ada pos AS di suatu negara, pasti ada skandal diplomatik yang akan terungkap. Anarki tingkat dunia dalam format CSV, sangat indah sekaligus menakutkan,” ujarnya.

“Saya ingin agar semua orang memperoleh kebenaran. Informasi harusnya gratis, karena termasuk dalam ranah publik, ” lanjutnya lagi.

Kebocoran ini menunjukkan bahwa Pentagon gagal dalam melindungi informasi sensitif yang dimilikinya, sepertti mendeteksi dan mencegah pencurian data dan mengunduh data dari database militer.

“Kenyataannya, seseorang dapat duduk dan mengakses data dan menyalinnya ke dalam memory stick, ini adalah praktek keamanan yang sangat buruk,” ujar Steven Aftergood, intelijen di American Federation of Scientist.

Bocoran WikiLeaks Berikut: Rahasia Perbankan


Bocoran itu diyakini bakal menjatuhkan reputasi suatu bank besar
RABU, 1 DESEMBER 2010, 11:09 WIB
Renne R.A Kawilarang, Denny Armandhanu
Pendiri WikiLeaks, Julian Assange (AP Photo/Scanpix/Bertil Ericson)
VIVAnews - Setelah membocorkan rahasia militer dan komunikasi diplomatik pemerintah Amerika Serikat (AS), WikiLeaks berencana menyebarkan bocoran informasi rahasia perbankan. Informasi yang akan disebar awal tahun depan itu diyakini bisa menjatuhkan reputasi sebuah bank besar di AS.

Demikian ungkap pendiri sekaligus pengelola WikiLeaks, Julian Assange, dalam suatu wawancara yang dikutip laman stasiun televisiCNN. Keberadaan Assange kini tidak diketahui setelah dia dikejar aparat hukum Swedia, dan kini menjadi buronan Interpol, terkait sejumlah kasus perkosaan dan pelecehan seks.

Menurut Assange, bocoran WikiLeaks berikutnya akan mengincar bank besar. Namun, dia tidak mengatakan bank apa yang dimaksud.

Namun, pengumuman Assange tersebut ditanggapi datar oleh para ahli perbankan. Mereka mengatakan bocoran tersebut hanya akan mengungkapkan rahasia umum mengenai kekotoran dan inkompetensi perbankan di AS.

“Kita semua sudah tahu bahwa banyak bank sangat inkompeten, tidak dapat memanajemen resiko dan akan bangkrut tanpa dukungan para pembayar pajak. Apa yang akan ditemukan di bocoran nanti?” ujar Barry Ritholtz, seorang manajer keuangan dari Wall Street seperti dilansir CNN, Selasa, 30 November 2010.

Assange mengatakan bahwa bocoran yang akan dikeluarkannya pada awal tahun depan berjumlah ratusan ribu dokumen. Dia mengatakan bahwa bocoran nanti akan mengungkapkan tindakan tidak etis dari dunia perbankan AS.

“Bocoran nanti akan memberikan pandangan yang jujur mengenai bagaimana bank-bank bertindak di tingkat eksekutif. Saya kira bocoran ini akan memancing investigasi dan reformasi,” ujar Assange.

Ritholtz mengatakan bahwa apapun yang akan dikeluarkan Assange nanti tidak akan membuat para pelaku perbankan terkejut. Dia mengatakan bahwa pada dasarnya banyak perbankan di AS sudah bangkrut.

“Saya tidak mengatakan bahwa dia tidak memilikinya, namun kita bertanya-tanya apa yang dapat dibongkar lagi pada saat seperti sekarang ini,” ujar Ritholtz.

Bocorkan Rahasia, WikiLeaks Diserang Hacker


Sebab, Wikileaks lagi-lagi membocorkan rahasia AS di website-nya.
SENIN, 29 NOVEMBER 2010, 10:53 WIB
Muhammad Chandrataruna
Ilustrasi hacker  
VIVAnews - Wikileaks, situs nirlaba yang memaparkan dokumen-dokumen rahasia serta fakta-fakta seputar dunia militer di dunia, mengabarkan bahwa laman situsnya baru saja digempur hacker kemarin. Penyebabnya disinyalir karena WikiLeaks merilis lagi ribuan dokumen rahasia.

Ini bukan pertama kali WikiLeaks mengumbar dokumen-dokumen rahasia yang sifatnya global.Akhir Juli lalu, sekitar 90 ribu dokumen rahasia milik militer AS bocor ke publik.

Dokumen itu mengungkap sejumlah insiden yang tidak dilaporkan oleh militer AS selama enam tahun bertugas di Afghanistan. Termasuk sejumlah operasi militer yang menyebabkan tewasnya sejumlah warga sipil.

Selain itu, situs whistle-blower itu pernah membocorkan 400.000 data Perang Irak yang memuat puluhan ribu angka kematian warga sipil Irak dan penyebab-penyebabnya.

Namun, kali ini jalan WikiLeaks tidak terlalu mulus. Paska mengumbar dokumen-dokumen rahasia AS terbaru, situs itu langsung diterjang hacker dengan serangan DDoS (Distributed Denial of Service).

"Kami saat ini berada di bawah serangan distributed denial of service secara masif," kata WikiLeaks (@WikiLeaks) melalui akun Twitternya, yang dikutip VIVAnews.com dari Telegraph, Senin 29 November 2010.

WikiLeaks menambahkan, sejumlah surat kabar akan segera mempublikasikan dokumen-dokumen rahasia milik AS, meski laman website-nya hancur.

Kebocoran terbaru ini menerbitkan laporan yang memaparkan dokumen-dokumen rahasia komunikasi diplomatik AS dengan sejumlah negara.

Menurut stasiun televisi BBC, Minggu 28 September 2010 waktu setempat, bocoran dokumen itu berupa kawat diplomatik yang diterima Washington dari sejumlah kedutaan besar (Kedubes) AS di sejumlah negara. Kawat diplomatik itu merupakan laporan atas sikap pemimpin atau pemerintah sejumlah negara atas berbagai isu, yang tidak boleh dipublikasikan untuk umum.

Sejumlah bocoran kawat diplomatik yang sensitif itu di antaranya adalah laporan mengenai sikap pemimpin sejumlah negara Arab -termasuk Raja Abdullah dari Arab Saudi- yang menginginkan AS agar menyerang Iran untuk mengatasi isu senjata nuklir.

Hingga kini, Wikileaks mengakui baru mempublikasikan 200 dari 251.287 data. Meski dapurnya diserang DDoS, pengunjung tetap dapat mengaksesnya di WikiLeaks.org. (art)