Saya pura-pura mendengarkan dan berlagak menyanyikan lagu Lady Gaga ‘Telephone’.
KAMIS, 2 DESEMBER 2010, 05:37 WIB
Arry Anggadha, Denny ArmandhanuVIVAnews - Ratusan ribu dokumen rahasia Amerika Serikat yang terdiri dari catatan diplomatik dan rahasia perang hilang. Siapa sangka bahwa semua dokumen ini dicuri dengan mudah.
Dokumen itu dicuri oleh seorang tentara berpangkat rendah dengan hanya menggunakan CD dan memory stick.
Bradley Manning, 23, seorang analis intelijen AS, saat ini tengah menjalani pengadilan di Amerika Serikat atas pencurian ratusan ribu dokumen yang dilakukannya dan menyebarkannya ke WikiLeaks.
Di antara dokumen yang dicurinya adalah rekaman video insiden di Afghanistan dan Irak dimana kru helikopter Apache menembakkan roket ke arah segerombolan orang, salah satu diantaranya adalah wartawan Reuters.
Jika terbukti bersalah, Manning dapat dikenakan hukuman penjara hingga 52 tahun lamanya.
Lalu bagaimana cara Manning memperoleh informasi rahasia tersebut dan mengirimkannya tanpa diketahui siapapun?
Manning mengatakan bahwa hal itu sangat mudah sekali, sampai tidak ada seorang pun yang menyadarinya. Dia menjelaskan bahwa dia telah menyalin dokumen-dokumen rahasia tersebut dari sebuah komputer di sebuah markas AS di Irak tempatnya bertugas.
Pemuda yang mengaku kesepian di tempatnya bertugas ini mengatakan bahwa dia hanya menggunakan CD berlabel Lady Gaga, menghapus isinya dan menyalin semua dokumen yang telah di perkecil ukurannya ke dalam CD tersebut. Lalu dia menyalinnya lagi ke sebuah memory stick dan mengirimkannya ke laman WikiLeaks.
"Tidak ada yang mencurigainya. Saya pura-pura mendengarkan dan berlagak menyanyikan lagu Lady Gaga ‘Telephone’ ketika saya memasuki data bocor terbesar dalam sejarah. Hillary Clinton dan ribuan diplomat di seluruh dunia akan terkena serangan jantung ketika mereka mendapati pada pagi hari rahasia kebijakan internasionalnya tersedia untuk publik," ujar Manning seperti dilansir dari laman The Guardian, Rabu 1 Desember 2010.
Dia mengatakan bahwa dia memiliki akses ke dokumen rahasia 14 jam sehari dan tujuh hari seminggu selama delapan bulan. Belakangan, diketahui Manning mencuri semua dokumen tersebut dari Siprnet (secret internet protocol router network distribution), yaitu jejaring database yang dibuat untuk menghubungkan personil militer AS di seluruh dunia.
Pengakuan Manning diperoleh dari percakapan onlinenya dengan seorang mantan hacker, Adrian Lamo, pada 21 Mei tahun ini. Transkrip percakapan itu oleh Lamo kemudian diunggah ke laman wired.com dan diberikan kepada FBI.
“Setiap kali ada pos AS di suatu negara, pasti ada skandal diplomatik yang akan terungkap. Anarki tingkat dunia dalam format CSV, sangat indah sekaligus menakutkan,” ujarnya.
“Saya ingin agar semua orang memperoleh kebenaran. Informasi harusnya gratis, karena termasuk dalam ranah publik, ” lanjutnya lagi.
Kebocoran ini menunjukkan bahwa Pentagon gagal dalam melindungi informasi sensitif yang dimilikinya, sepertti mendeteksi dan mencegah pencurian data dan mengunduh data dari database militer.
“Kenyataannya, seseorang dapat duduk dan mengakses data dan menyalinnya ke dalam memory stick, ini adalah praktek keamanan yang sangat buruk,” ujar Steven Aftergood, intelijen di American Federation of Scientist.
Dokumen itu dicuri oleh seorang tentara berpangkat rendah dengan hanya menggunakan CD dan memory stick.
Bradley Manning, 23, seorang analis intelijen AS, saat ini tengah menjalani pengadilan di Amerika Serikat atas pencurian ratusan ribu dokumen yang dilakukannya dan menyebarkannya ke WikiLeaks.
Di antara dokumen yang dicurinya adalah rekaman video insiden di Afghanistan dan Irak dimana kru helikopter Apache menembakkan roket ke arah segerombolan orang, salah satu diantaranya adalah wartawan Reuters.
Jika terbukti bersalah, Manning dapat dikenakan hukuman penjara hingga 52 tahun lamanya.
Lalu bagaimana cara Manning memperoleh informasi rahasia tersebut dan mengirimkannya tanpa diketahui siapapun?
Manning mengatakan bahwa hal itu sangat mudah sekali, sampai tidak ada seorang pun yang menyadarinya. Dia menjelaskan bahwa dia telah menyalin dokumen-dokumen rahasia tersebut dari sebuah komputer di sebuah markas AS di Irak tempatnya bertugas.
Pemuda yang mengaku kesepian di tempatnya bertugas ini mengatakan bahwa dia hanya menggunakan CD berlabel Lady Gaga, menghapus isinya dan menyalin semua dokumen yang telah di perkecil ukurannya ke dalam CD tersebut. Lalu dia menyalinnya lagi ke sebuah memory stick dan mengirimkannya ke laman WikiLeaks.
"Tidak ada yang mencurigainya. Saya pura-pura mendengarkan dan berlagak menyanyikan lagu Lady Gaga ‘Telephone’ ketika saya memasuki data bocor terbesar dalam sejarah. Hillary Clinton dan ribuan diplomat di seluruh dunia akan terkena serangan jantung ketika mereka mendapati pada pagi hari rahasia kebijakan internasionalnya tersedia untuk publik," ujar Manning seperti dilansir dari laman The Guardian, Rabu 1 Desember 2010.
Dia mengatakan bahwa dia memiliki akses ke dokumen rahasia 14 jam sehari dan tujuh hari seminggu selama delapan bulan. Belakangan, diketahui Manning mencuri semua dokumen tersebut dari Siprnet (secret internet protocol router network distribution), yaitu jejaring database yang dibuat untuk menghubungkan personil militer AS di seluruh dunia.
Pengakuan Manning diperoleh dari percakapan onlinenya dengan seorang mantan hacker, Adrian Lamo, pada 21 Mei tahun ini. Transkrip percakapan itu oleh Lamo kemudian diunggah ke laman wired.com dan diberikan kepada FBI.
“Setiap kali ada pos AS di suatu negara, pasti ada skandal diplomatik yang akan terungkap. Anarki tingkat dunia dalam format CSV, sangat indah sekaligus menakutkan,” ujarnya.
“Saya ingin agar semua orang memperoleh kebenaran. Informasi harusnya gratis, karena termasuk dalam ranah publik, ” lanjutnya lagi.
Kebocoran ini menunjukkan bahwa Pentagon gagal dalam melindungi informasi sensitif yang dimilikinya, sepertti mendeteksi dan mencegah pencurian data dan mengunduh data dari database militer.
“Kenyataannya, seseorang dapat duduk dan mengakses data dan menyalinnya ke dalam memory stick, ini adalah praktek keamanan yang sangat buruk,” ujar Steven Aftergood, intelijen di American Federation of Scientist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar